Selasa, 01 Mei 2012

HPLC


High Performance Liquid Chromatograpy (HPLC)
High Performance Liquid Chromatography atau HPLC atau biasa juga disebut dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Kegunaan umum HPLC antara lain: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil); penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala proses industri (Gandjar dan Rohman, 2008). Metode HPLC mempunyai kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif. Dengan teknologi ini, kromatografi cair dapat menghasilkan pemisahan yang cepat dalam banyak hal, dengan keunggulan zat-zat yang tidak menguap atau tidak tahan panas dapat dikromatografi tanpa penguraian atau tanpa perlu membuat derivat yang dapat menguap (Depkes RI, 1995).

HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Keterbatasan metode HPLC adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika HPLC dihubungkan dengan spektrofotometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Gandjar dan Rohman, 2008).
Cara Kerja HPLC
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu: (1) wadah fase gerak, (2) sistem penghantaran fase gerak, (3) alat untuk memasukkan sampel, (4) kolom, (5) detektor, (6) wadah penampung buangan fase gerak, (7) tabung penghubung, dan (8) suatu komputer atau integrator atau perekam (Gandjar dan Rohman, 2008).
Mekanisme kromatografi terdiri atas 4 tipe yaitu adsorpsi, partisi, penukar ion, dan eksklusi ukuran. Kromatografi adsorpsi didasarkan pada kondisi antara zat terlarut dan fase diam padat. Umumnya eluen yang digunakan untuk kromatografi adsorpsi kurang polar dari fase diam (fase normal). Kromatografi partisi melibatkan fase diam cair yang bercampur dengan eluen. Sistem partisi dapat berupa fase normal (fase diam lebih polar daripada eluen) atau kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada eluen). Kromatografi penukar ion melibatkan fase diam padat dengan kelompok anionic atau kationik pada permukaan zat yang terlarut. Kromatografi eksklusi ukuran melibatkan fase diam cair dengan ukuran pori yang terkontrol. Pemisahan dilakukan berdasarkan ukuran molekul suatu zat, dimana molekul berukuan besar akan mengalami elusi terlebih dahulu (Moffat dkk, 2011).
Wadah Fase Gerak pada HPLC
Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat pembuatan pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian yang tinggi, dan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk HPLC berderajat HPLC (HPLC grade). Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada system kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil ini (Gandjar dan Rohman, 2008).
Fase Gerak Pada HPLC
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar dari pada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan  pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol (Gandjar dan Rohman, 2008).
Pompa pada HPLC
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan (Gandjar dan Rohman, 2008).
Penyuntikan Sampel pada HPLC
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fae gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup Teflon  yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
Pada saat pengisian sampel, sampel digelontor melewati keluk sampel dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan menggelontor sampel ke kolom. Presisi penyuntikan dengan keluk sampel ini dapat mencapai nilai RSD 0,1%. Penyuntik ini mudah digunakan untuk otomatisasi dan sering digunakan untuk autosampler pada HPLC (Gandjar dan Rohman, 2008).
Kolom pada HPLC
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional yakni:
a.       Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 µL/menit)
b.      Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrofotometer massa
c.       Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
Tabel Perbandingan antara kolom HPLC konvensional  dan kolom mikrobor (Kealey dan Haines, 2002)
Parameter
Kolom Konvensional
Kolom Mikrobor
Tabung kolom
Stainless steel
Panjang 3, 10, 15, 20 dan 25 cm.
Diameter luar 0,25 inci
Diameter dalam 4,6 mm.
Stainless steel
Panjang 25 dan 50 cm
Diameter luar 0,25 inci
Diameter dalam 1 atau 2 mm
Fase diam
Porous, silika ukuran kecil, silika yang dimodifikasi secara kimiawi (bonded phase), atau polimer-polimer stiren/ divinil benzene.
Rata-rata diameter 3,5 atau 10 µm dengan kisaran sempit.
Porous, silika ukuran kecil, silika yang dimodifikasi secara kimiawi (bonded phase), atau polimer-polimer stiren/divinil benzene.
Rata-rata diameter partikel 3,5 atau 10 µm dengan kisaran ukuran partikel yang sempit.
Tekanan operasional
500-3000 psi
(35-215 bar)
1000-5000 psi
(70-350 bar)
Fase gerak
Hidrokarbon + pelarut-pelarut terklorinasi atau alcohol untuk fase normal. Untuk fase terbalik (reversed phase) digunakan metanol atau asetonitril + air atau buffer.
Kecepatan alir: 1-3 mL/menit
Hidrokarbon + pelarut-pelarut terklorinasi atau alkohol untuk fase normal. Untuk fase terbalik (reversed phase) digunakan metanol atau asetonitril + air atau buffer.
Kecepatan alir: 10-100 µL/menit.
Modifikasi instrument
Sistem penghantaran pelarut yang mampu memberikan control aliran dibawah 10 µL/menit.
Katup injeksi sampel bervolume kecil; sel detektor bervolume kecil
Kinerja
Efisiensi meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel fase diam, akan tetapi umur kolom dengan ukuran partikel 3 µm lebih pendek.
Sangat efisien dan sensitif, akan tetapi lambat.
Konsumsi fase gerak hanya ¼ dari kolom konvensional

Meskipun demikian, dalam prakteknya kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin (Gandjar dan Rohman, 2008).
Fase Diam pada HPLC
Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzene. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan adanya kandungan air yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2008).
Tabel Berbagai fase diam silika dan alumina yang beredar di pasaran (Munson, 1981)
Jenis
Nama
Diameter ukuran partikel (µm)
Bentuk partikel
Luas permukaan (m2/g)00
Silika
µ-Porasil
10
Tak teratur
300
Lichrosorb-Si-60
5,10
Tak teratur
500
Partisil
5,10,20
Tak teratur
400
Micro Pak Si
5,10
Tak teratur
400
Sil-X-1
13 ± 5
Tak teratur
400
Porasil C
37-75
Bundar
50-100
Vydac HS
5,10,15,20
Bundar
300
Hypersil
5-7
Bundar
200
Nucleosil 50
5,10
Bundar
500
Sorbax Sil
6-8
Bundar
300
Spherisorb
5,10
Bundar
220
Alumina
Lichrosorb ALOX
5,10
Tak teratur
70
Micro Pal AL
5,10,20
Tak teratur
70
Spherisorb AY
5,10,20
Bundar
95

Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu : detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif); dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif.
Suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut (Gandjar dan Rohman, 2008):
a.       Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel
b.      Mempunyai sensitifitas yang tinggi
c.       Stabil dalam pengoperasiannya
d.      Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita.
e.       Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan  konsentrasi solute pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier)
f.       Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak
Komputer, Integrator, atau Rekorder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar