Bismillaahirrahmaanirrahiim….
Selama ini saya
mengira taraf hidup dibawah rata-rata hanya terjadi di pulau-pulau jawa,
seperti yang kusaksikan di tv-tv. Ternyata, hal itu begitu dekat..bahkan
terjadi tepat dijantung ibukota provinsi Kalmantan Barat. (Nah lho? Ayo..yang
ngakunya orang Pontianak.. nyadar nggak
ya?)
Kemarin, saya
beserta kelima rekan saya dari Ba’alawi Community (Bcom) mencoba menjamah
keberadaan seorang nenek yang tinggal dijalan purnama Pontianak, tepatnya gang
Purnama 8. Nenek yang memiliki nama lengkap Syarifah Satai (82) hanya tinggal
disebuah rumah gubuk berukuran 2x4 m di atas sepetak tanah hasil tumpangan
tetangganya. Ukuran yang sangat kecil kurasa.. Bahkan, dikampung halamanku yang
berada di daerah perbatasan Negara sekalipun tidak pernah kutemukan seseorang
yang hidup dalam keadaan seperti itu. Padahal, daerahku dikategorikan dalam
daerah tertinggal. Hmmm..jadi ingat kampung halaman.. rindu :(
Ok.. back to story..
Saat kami
berkunjung, sang nenek sedang duduk sendiri di depan rumahnya. Entah apa yang
beliau pikirkan. Setelah memberikan salam, kamipun masuk kedalam rumah. Ku
lihat sekeliling rumah, sempiittt…hingga terpaksa hanya beberapa orang yang
bisa masuk. Kontras dengan pemandangan dikanan dan kiri rumah yang terbilang
mewah. Di dalam ruangan 2x4 m itu, disitulah sang nenek tidur, masak, makan,
dan lain sebagainya. Sehari-harinya nenek hidup dari tunjangan pemerintah
dengan bantuan sebesar 300 ribu rupiah, bahkan terkadang hanya 200 ribu rupiah.
Helloo..cukup nggak yah? Sembako di Pontianak ini
mahalnya luar biasa. Aku aja yang menurut temen kampusku cukup hemat, bisa
menghabiskan hingga satu juta rupiah perbulan. Ckckckck…
Sang nenek hanya
bisa tidur diatas tikar, karena tak memiliki biaya untuk membeli kasur. Cukup berat
menurutku apalagi di usia nenek yang udah lanjut. Belum lagi kalau hujan, rumah
yang hanya dibangunkan seadanya oleh pemerintah, tempias air. Basah, itu sudah
pasti. Dingin, apalagi.
Nggak
ada pekerjaan yang mampu beliau lakukan lagi. “untuk jalan saja, nenek harus di
papah” begitu ujarnya.
Dengan kondisi
yang seperti itu, aku hanya bisa berharap semoga Allah menganugerahkan
kesabaran yang berlimpah padanya. Menjadikan kondisinya sebagai ladang pahala
untuknya. Buah dari kesabarannya. Aamiin …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar