Selasa, 18 September 2012

Pontianak Punye Cerite


Bismillaahirrahmaanirrahiim….
Selama ini saya mengira taraf hidup dibawah rata-rata hanya terjadi di pulau-pulau jawa, seperti yang kusaksikan di tv-tv. Ternyata, hal itu begitu dekat..bahkan terjadi tepat dijantung ibukota provinsi Kalmantan Barat. (Nah lho? Ayo..yang ngakunya orang Pontianak.. nyadar nggak ya?) 

Kemarin, saya beserta kelima rekan saya dari Ba’alawi Community (Bcom) mencoba menjamah keberadaan seorang nenek yang tinggal dijalan purnama Pontianak, tepatnya gang Purnama 8. Nenek yang memiliki nama lengkap Syarifah Satai (82) hanya tinggal disebuah rumah gubuk berukuran 2x4 m di atas sepetak tanah hasil tumpangan tetangganya. Ukuran yang sangat kecil kurasa.. Bahkan, dikampung halamanku yang berada di daerah perbatasan Negara sekalipun tidak pernah kutemukan seseorang yang hidup dalam keadaan seperti itu. Padahal, daerahku dikategorikan dalam daerah tertinggal. Hmmm..jadi ingat kampung halaman.. rindu :(

Ok.. back to story..
Saat kami berkunjung, sang nenek sedang duduk sendiri di depan rumahnya. Entah apa yang beliau pikirkan. Setelah memberikan salam, kamipun masuk kedalam rumah. Ku lihat sekeliling rumah, sempiittt…hingga terpaksa hanya beberapa orang yang bisa masuk. Kontras dengan pemandangan dikanan dan kiri rumah yang terbilang mewah. Di dalam ruangan 2x4 m itu, disitulah sang nenek tidur, masak, makan, dan lain sebagainya. Sehari-harinya nenek hidup dari tunjangan pemerintah dengan bantuan sebesar 300 ribu rupiah, bahkan terkadang hanya 200 ribu rupiah.

Helloo..cukup nggak yah? Sembako di Pontianak ini mahalnya luar biasa. Aku aja yang menurut temen kampusku cukup hemat, bisa menghabiskan hingga satu juta rupiah perbulan. Ckckckck…

Sang nenek hanya bisa tidur diatas tikar, karena tak memiliki biaya untuk membeli kasur. Cukup berat menurutku apalagi di usia nenek yang udah lanjut. Belum lagi kalau hujan, rumah yang hanya dibangunkan seadanya oleh pemerintah, tempias air. Basah, itu sudah pasti. Dingin, apalagi.

Nggak ada pekerjaan yang mampu beliau lakukan lagi. “untuk jalan saja, nenek harus di papah” begitu ujarnya.

Dengan kondisi yang seperti itu, aku hanya bisa berharap semoga Allah menganugerahkan kesabaran yang berlimpah padanya. Menjadikan kondisinya sebagai ladang pahala untuknya. Buah dari kesabarannya. Aamiin …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar